Budaya Suku Asmat

Suku asmat adalah salah satu suku di daerah Papua, tepatnya di Merauke. Suku asmat sudah di kenal dengan ide – ide mereka yang di tuangkan dalam ukiran kayu yang unik, Populasi suku asmat di bagi menjadi dua yaitu mereka yang sebagain tinggal di pesisir dan sebagain lagi tinggal di daerah pedalaman. Namun pada kedua populasi ini mereka memiliki struktur social yang berbeda satu sama lain, seperti halnya dialek, cara pandang hidup dan ritual, selanjutnya di pesisir pantai Populasinya pun terbagi menjadi dua bagian yaitu Suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta Suku Simai.

Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan.

Mata pencarian
Kebiasaan suku asmat dalam bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dan yang lainnya di wilayah Distrik Citak - Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari - hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan seperti ular, kasuari, burung, rusa, babi hutan, komodo dan lain sebagianya. mereka juga selalu meramuh dan monokok sagu sebagai makanan pokok, dan sebagian yang nelayan mencari ikan dan udang untuk di makan.

Rumah Suku Asmat
Suku asmat yang tetap memegang kuat filosofi hidup dan nilai - nilai kesopanan, hal itu juga termasuk dalam cara mereka membangun rumah adat Suku Asmat tanpa adanya campur tangan arsitek di dalamnya

Jew
Rumah adat Suku Asmat yang dikenal dengan nama Jew, adalah rumah yang khusus diperuntukkan bagi pelaksanaan segala kegiatan yang sifatnya tradisi. Misalnya untuk rapat adat, melakukan pekerjaan membuat noken (tas tradisional Suku Asmat), mengukir kayu, dan juga tempat tinggal para bujang. Oleh karena itu, rumah Jew juga disebut sebagai Rumah Bujang.Rumah ini unik karena dibangun sangat panjang, bahkan hingga mencapai 50 meter. Karena masyarakat Asmat kuno belum mengenal paku, maka pembuatan rumah Jew sampai saat ini tidak menggunakan paku.

Rumah Tysem
Ada satu lagi rumah adat Suku Asmat yaitu, Tysem. Rumah ini bisa juga disebut sebagai rumah keluarga, karena yang menghuni adalah mereka yang telah berkeluarga. Biasanya, ada 2 sampai 3 pasang keluarga yang mendiami Tysem.Ukurannya lebih kecil dari pada rumah Jew. Letak rumah Tysem biasanya di sekeliling rumah Jew. Sebuah rumah Jew dapat dikelilingi oleh sekitar 15 sampai 20 rumah Tysem.
Bahan membangun rumah Tysem hampir sama dengan bahan pembuat rumah Jew. Semua dari bahan alami yang terdapat di hutan sekitar lokasi Suku Asmat berada.

Kepercayaan Terhadap Roh Leluhur
Suku Asmat berlatar belakang sebagai penganut animisme, sama seperti berbagai suku tradisional di seluruh dunia. Maka, kepercayaan terhadap hal gaib berupa roh leluhur yang menjaga mereka juga masih ada.Kepercayaan mereka itu dituangkan dalam keahlian membuat ukiran kayu tanpa sketsa. Mereka percaya, roh leluhur akan membimbing mereka untuk menyelesaikan patung ukiran yang mereka buat. Nama patung ukiran yang menceritakan tentang arwah para leluhur mereka disebut Mbis.Mbis banyak dijumpai di rumah adat Suku Asmat terutama Jew. Dipercaya roh leluhur akan turut menjaga rumah yang mereka bangun dengan adanya Mbis didalamnya.